
Supersemar News – Sejak didirikan pada abad ke-18, Keraton Surakarta telah dipimpin oleh sejumlah raja yang meninggalkan jejak penting dalam sejarahnya. Setiap penguasa membawa perubahan dan tantangan unik.
Pada Minggu pagi, 2 November 2025, Keraton Surakarta kehilangan Paku Buwono XIII, atau Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi, yang meninggal di usia 77 tahun.
Kepergiannya menandai berakhirnya sebuah era panjang dalam sejarah Keraton Surakarta, yang telah berdiri lebih dari dua abad.
Setelah wafatnya Paku Buwono XIII, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Hamangkunegoro Sudibyo Rajaputra Narendro Mataram, yang merupakan putra sulung beliau, telah sah menjadi Paku Buwono XIV.
Prosesi adat telah dilaksanakan dengan penuh khidmat, sesuai dengan amanat dari almarhum ayahnya.
Dengan naiknya Paku Buwono XIV, ini menjadi momen penting untuk melihat kembali perjalanan panjang sejarah Keraton Surakarta.
Lantas, siapa saja raja-raja yang pernah memimpin Keraton Surakarta dari masa ke masa?
Daftar Raja Keraton Solo Dari Masa Ke Masa
Paku Buwono II, Paku Buwono III, Paku Buwono IV, Paku Buwono V, dan Paku Buwono XIII, hingga Paku Buwono XIV adalah raja-raja yang telah memimpin Keraton Surakarta dari abad ke-18 hingga abad ke-21, menjaga tradisi, budaya, dan identitas Jawa sepanjang perjalanan sejarahnya.
Berikut lima raja yang pernah memimpin Keraton Solo:
- Paku Buwono II (1745-1749)
Paku Buwono II, yang bernama asli Raden Mas Prabasuyasa, adalah raja pertama Kasunanan Surakarta dan juga yang terakhir memerintah di Kartasura.
Setelah terjadinya Geger Pecinan pada tahun 1745, pusat kerajaan dipindahkan ke Surakarta untuk menghindari konflik yang makin memuncak.
Meski hanya memerintah selama empat tahun, Paku Buwono II dikenal sebagai pendiri tradisi pemerintahan baru di Surakarta. Ia wafat pada 1749, digantikan oleh putranya.
- Paku Buwono III (1749-1788)
Paku Buwono III, atau Raden Mas Suryadi, naik tahta setelah ayahnya meninggal pada tahun 1749.
Salah satu peristiwa penting pada masa pemerintahannya adalah Perjanjian Giyanti (1755), yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua kesultanan, yaitu Surakarta dan Yogyakarta.
Ia memimpin selama hampir 40 tahun hingga wafat pada tahun 1788.
- Paku Buwono IV (1788-1820)
Paku Buwono IV, atau Raden Mas Subadya, dikenal dengan julukan “Sunan Bagus” karena penampilannya yang tampan dan karismatik.
Beliau berperan besar dalam dunia sastra Jawa dan mendirikan Masjid Agung Surakarta yang menjadi simbol penting di kota tersebut.
Masa pemerintahannya juga dikenal dengan peran kuat ulama dan intelektual. Beliau wafat pada tahun 1820.
- Paku Buwono V (1820-1823)
Paku Buwono V, yang memerintah hanya selama tiga tahun, dikenal karena keterlibatannya dalam penyusunan Serat Centhini, sebuah karya sastra monumental yang menggambarkan filosofi kehidupan Jawa.
Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, hanya tiga tahun, namun warisan sastra yang ia tinggalkan sangat berharga.
- Paku Buwono VI (1823-1830)
Raden Mas Sapardan yang bergelar Paku Buwono VI memerintah dalam masa yang penuh tantangan, terutama dalam menghadapi ancaman dari penjajah Belanda.
Ia mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825-1830).
Setelah perang berakhir, beliau diasingkan ke Ambon dan meninggal di sana pada tahun 1849.
- Paku Buwono VII (1830-1858)
Paku Buwono VII, yang bernama asli Raden Mas Malikis Solikin, memerintah pada masa yang relatif damai setelah berakhirnya Perang Diponegoro.
Pada masa pemerintahannya, sastra Jawa berkembang pesat, berkat kontribusi besar dari pujangga besar Ranggawarsita.
- Paku Buwono VIII (1858-1861)
Paku Buwono VIII, meskipun memerintah hanya tiga tahun, meninggalkan warisan budaya yang signifikan, salah satunya adalah Gamelan Kyai Pandu yang masih digunakan dalam berbagai upacara keagamaan.
Sebagai kakak dari Paku Buwono VII, beliau berperan dalam mempertahankan tradisi kesenian di Keraton Surakarta.
- Paku Buwono IX (1861-1893)
Raden Mas Duksino menjadi Paku Buwono IX dan memimpin Surakarta selama lebih dari tiga dekade.
Masa pemerintahannya menyaksikan banyak perubahan, di mana modernisasi mulai merambah Surakarta.
Namun, ketidakstabilan moral dan sosial juga terjadi di istana, yang digambarkan oleh Ranggawarsita sebagai “zaman edan”.
Meski demikian, Paku Buwono IX dikenang sebagai raja yang memerintah pada masa yang penuh tantangan.
- Paku Buwono X (1893-1939)
Paku Buwono X, atau Raden Mas Sayiddin Malikul Kusno, dikenal sebagai salah satu penguasa paling berpengaruh di Surakarta.
Selama masa pemerintahannya, Surakarta berkembang pesat, baik dalam hal ekonomi, kebudayaan, maupun infrastruktur.
Banyak fasilitas publik yang dibangun, seperti Pasar Gede dan Stadion Sriwedari.
Paku Buwono X dianggap sebagai pemimpin yang berhasil memodernisasi Surakarta.
- Paku Buwono XI (1939-1945)
Raden Mas Antasena memerintah pada masa yang sangat sulit, yaitu saat Perang Dunia II dan pendudukan Jepang.
Ekonomi kerajaan terguncang, dan banyak kekayaan Keraton yang dirampas.
Meski menghadapi banyak kesulitan, Paku Buwono XI tetap berusaha menjaga keberlanjutan kerajaan di tengah kondisi yang sangat terbatas.
- Paku Buwono XII (1945-2004)
Paku Buwono XII, yang bernama asli Raden Mas Surya Guritna, naik tahta pada 1945 di usia muda 20 tahun.
Meskipun status istimewa Keraton Surakarta dicabut pada tahun 1946, beliau tetap mempertahankan peran penting Keraton dalam melestarikan budaya Jawa.
Paku Buwono XII memerintah selama hampir 60 tahun dan membawa Keraton Surakarta melalui perubahan besar, baik secara politik maupun sosial. Beliau wafat pada tahun 2004.
12.Paku Buwono XIII (2004-2025)
Paku Buwono XIII, yang dikenal dengan nama Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi, melanjutkan tradisi ayahnya sebagai penguasa Keraton Surakarta.
Selama masa pemerintahannya, beliau sangat berdedikasi untuk melestarikan warisan budaya Jawa, terutama dalam hal naskah-naskah kuno dan upacara adat.
Paku Buwono XIII wafat pada 2 November 2025, setelah lebih dari dua dekade memimpin.
- Paku Buwono XIV (2025)
Setelah wafatnya Paku Buwono XIII, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Hamangkunegoro Sudibyo Rajaputra Narendro Mataram, yang merupakan putra sulung dari Paku Buwono XIII, kini sah menjadi Paku Buwono XIV.
Prosesi adat yang khidmat telah dilaksanakan, sesuai dengan amanat almarhum ayahnya, menandakan dimulainya era kepemimpinan yang baru di Keraton Surakarta.
