
SUPERSEMAR NEWS – Jakarta.
Ketua Dewan Penasehat Himpunan Petani Sejahtera Mandiri Indonesia (HPSMI), Nasrudin Tueka, menegaskan perlunya perluasan kebijakan digitalisasi nasional melalui pemanfaatan Smart Board ke sektor pertanian sebagai upaya sistematis memperkuat ketahanan pangan, rantai pasok, dan nilai tambah produksi petani.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam wawancara khusus bersama Dewan Pembina Supersemar News, Rifay Marzuki,(Senin,17 November 2025).
Smart Board untuk Sektor Pertanian: Instrumen Strategis Ketahanan Nasional
Pada tahap awal, digitalisasi pendidikan melalui Smart Board merupakan bagian dari kebijakan Presiden untuk mendorong penguatan literasi digital nasional. Namun menurut Nasrudin, kebijakan tersebut harus diperluas secara terarah ke sektor pertanian karena petani merupakan pilar utama ketahanan nasional tingkat desa.
“Smart Board dapat menjadi instrumen strategis untuk mempercepat distribusi informasi penting, mulai dari harga pupuk, kondisi pasar, hingga tren harga komoditas secara real time. Melalui perangkat ini, petani memiliki ruang untuk menyampaikan hambatan dan tantangan usaha tani secara langsung dan terstruktur,” tegasnya.
Nasrudin menyatakan bahwa digitalisasi ini bukan semata transformasi teknologi, melainkan penguatan fungsi negara dalam menjaga stabilitas pangan dan stabilitas ekonomi nasional. Ketika petani mampu mengakses informasi yang akurat dan cepat, maka keputusan usaha tani akan jauh lebih presisi dan adaptif terhadap pasar.
Penguatan Rantai Pasok dan Rantai Nilai Pangan
Implementasi Smart Board pada tingkat desa diharapkan dapat meningkatkan efektivitas rantai pasok benih, pupuk, dan sarana produksi lainnya. Petani akan memiliki:
- akses harga secara terbuka,
- informasi stok pupuk yang lebih terjamin,
- gambaran kondisi pasar secara menyeluruh,
- dan kemampuan membaca fluktuasi harga untuk meminimalkan kerugian.
Selain itu, Smart Board akan memberi kontribusi signifikan terhadap peningkatan rantai nilai di sektor pertanian. Dengan data yang terbuka, posisi tawar petani terhadap pasar menjadi lebih kuat karena mereka memahami dinamika permintaan dan penetapan harga.
Petani sebagai Garda Ketahanan Pangan Nasional
Nasrudin menegaskan kembali bahwa peran petani tidak sekadar penghasil komoditas pangan, tetapi merupakan bagian kunci dari sistem ketahanan nasional. Pada tingkat desa, petani menjaga kawasan hulu produksi yang menentukan keberlangsungan kedaulatan pangan negara.
“Petani harus diposisikan sebagai aktor utama, bukan sekadar objek kebijakan. Digitalisasi melalui Smart Board memungkinkan petani untuk berbicara, melapor, dan terhubung secara langsung dengan pemangku kebijakan,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa kebijakan pembangunan pangan nasional tidak akan optimal tanpa penguatan akses informasi, akses modal, dan akses pasar yang menjadi kebutuhan mendasar di tingkat tapak.
Program Besar 2026: Pemantapan Garda Petani Muda Milenial
Dalam Renstra HPSMI 2025–2027, organisasi ini telah menetapkan langkah strategis melalui program “Pemantapan Garda Petani Muda Milenial 2026”. Program ini bertujuan mencetak generasi petani milenial yang:
- memiliki jiwa kejuangan,
- berorientasi pada inovasi,
- memahami teknologi digital,
- bermental entrepreneur,
- dan mampu mengelola usaha tani secara mandiri serta berdaya saing.
HPSMI memandang bahwa masa depan pertanian Indonesia akan sangat ditentukan oleh kemampuan generasi muda menguasai teknologi dan memanfaatkannya untuk efisiensi usaha produksi.
Kolaborasi Sistemik HPSMI – Pemerintah Daerah
Sebagai langkah implementatif, HPSMI tengah mendorong percepatan kolaborasi bersama pemerintah daerah untuk memperkuat basis kewilayahan sektor pertanian. Kolaborasi tersebut mencakup:
- integrasi Smart Board berbasis kebutuhan lokal,
- pemetaan komoditas unggulan wilayah,
- pendampingan budidaya dan manajemen usaha,
- fasilitasi permodalan produktif,
- serta peningkatan literasi digital petani.
“Kami memerlukan perluasan mandat agar HPSMI dapat berperan lebih dalam mempercepat transformasi pertanian berbasis digital. Pendekatan berbasis wilayah penting agar intervensi teknologi lebih tepat sasaran,” jelas Nasrudin.
Smart Board Ramah Lingkungan dan Potensi Pembiayaan CSR
Smart Board yang diusulkan dalam program ini akan dirancang untuk menyesuaikan kondisi lapangan. Sistem digital akan menggunakan input berbasis kebutuhan petani di daerah masing-masing. Teknologi ini juga dapat dikembangkan melalui:
- skema pembiayaan CSR,
- kemitraan dunia usaha,
- kolaborasi lembaga pendidikan,
- dan pendampingan HPSMI dalam pelatihan berkelanjutan.
Pengembangan berbasis CSR dinilai penting untuk mempercepat pemerataan teknologi tanpa membebani petani maupun pemerintah daerah.
Transformasi Digital Pertanian sebagai Agenda Nasional
Dengan globalisasi pangan dan perubahan iklim yang semakin nyata, transformasi pertanian menjadi kebutuhan mendesak. Smart Board dipandang sebagai solusi inovatif untuk:
- menurunkan risiko produksi,
- meningkatkan produktivitas,
- memperluas akses pasar,
- memperkuat ketahanan pangan,
- dan meningkatkan kesejahteraan petani secara menyeluruh.
Digitalisasi pertanian tidak hanya mengubah pola kerja, tetapi juga memperkuat kapasitas negara dalam membaca dinamika pangan global.
SupersemarNewsTeam
Reporter : R/Rifay Marzuki
