Jakarta,Supersemar news –  1 Agustus 2024 – Jelang peringatan Hari Kemerdekaan
Republik Indonesia yang ke-79 tahun ini, semangat juang dan
pengabdian prajurit TNI kembali mengemuka. Di tengah dinamika
global yang semakin kompleks, peran Indonesia dalam menjaga
stabilitas dan perdamaian dunia kian penting.

Indonesia, sebagai salah satu penyumbang terbesar pasukan penjaga
perdamaian PBB, sudah sejak lama berkomitmen penuh dalam misi
misi internasional. Tentunya, ada banyak prajurit dan perwira TNI yangmenjalani penugasan tersebut.
Salah satu prajurit yang menunjukkan dedikasi tinggi dalam tugas
tugas internasional itu adalah Kolonel Inf. Agus Supriyono. Agus saat inimenjabat sebagai Wakil Komandan Detasemen Markas Besar TNI
Angkatan Darat (Wadandenma Mabesad).

Agus telah melalui berbagai penugasan internasional yang menantang,mulai dari medan konflik di Sudan Selatan, hingga berbagai pelatihan diSingapura, Australia, Korea Selatan, Kanada, sampai Thailand.

Pengalamannya ini menjadi cerminan nyata dari semangat juang yang
tak pernah padam, selaras dengan nilai-nilai kemerdekaan yang diraih
Indonesia 79 tahun lalu.

Pria kelahiran Kebumen ini memaparkan bahwa doktrin teritorial TNI
yang menekankan tentara bukan hanya unsur pertempuran, tapi juga
mengusung unsur kemanusiaan, membuat para prajurit kita lebih
mudah membaur dalam pelaksanaan tugas di berbagai negara.

Seperti diketahui, doktrin teritorial TNI menempatkan aspek militer dan
sipil saling bersinergi untuk menciptakan lingkungan yang aman dan
stabil. Implementasi doktrin ini memposisikan TNI bukan hanya
kekuatan militer konvensional, tetapi juga bagian integral dari
masyarakat yang siap membantu dalam segala situasi.

Agus pun menceritakan pengalamannya saat tergabung sebagai
military observer untuk United Nations Mission in South Sudan
(UNMISS) di Sudan Selatan, 2013-2014. Sudan Selatan saat itu adalah

negara baru pecahan dari Sudan yang masih rentan konflik, terutama
pertikaian antar etnis.
“Sebagai military observer, saya banyak bertugas menganalisis situasi
di lapangan dengan melihat kondisi masyarakat lokal,” kata Agus.
“Nah, berbekal doktrin teritorial TNI, saya mudah berbaur,” lanjut pria
alumni Akmil 1997 ini.

Pengalaman di Sudan Selatan
Agus mengatakan dirinya mudah menjalin hubungan baik dengan
komunitas muslim Kenya. Ia bahkan mendapat ajudan seorang mantanpetinju yang berlatar belakang dari komunitas tersebut.
“Dari mereka saya makin mengenali budaya setempat, mulai dari
makanan lokal, bahasa setempat, sampai beribadah berjamaah
bersama-sama mereka,” papar Agus. “Saya sampai belajar Bahasa
Swahili,” lanjutnya.

Agus mengakui tak mudah menghadapi perbedaan kultur. Bukan hal
gampang bekerja sama dalam perbedaan karakter dari ras yang
beragam seperti di pasukan penjaga perdamaian. “Kita diasah untuk
mempunyai kepercayaan diri dan mampu berdiplomasi dengan tentaratentara dari bangsa lain,” ujar Agus.
Saat bertugas di Sudan Selatan, Agus bekerja sama dengan sejumlah
tentara dari berbagai negara, yaitu Italia, Jerman, Rumania, Peru, Fiji,
Swiss, India, Kamboja, Bosnia, Ukraina, dan Kenya.
Sudan, sebagai negara yang sering dilanda konflik, merupakan titik
panas di Afrika yang mempengaruhi stabilitas regional.

Keamanan di Sudan berdampak langsung pada negara-negara tetangga dan
keseluruhan benua Afrika.
Pertikaian antar etnis di Sudan Selatan mudah terjadi. Bibit perseteruanpun bahkan merembet sampai ke tentara Sudan Selatan. Perbedaan suku bisa memicu konflik antar serdadu Sudan Selatan sendiri. Tingkatkecurigaan antar etnis saat itu sangat tinggi.

Beberapa military observer dari beberapa negara seperti Ukraina dan
India sempat mengalami kesulitan untuk masuk ke tengah masyarakat.Uniknya, Agus sebagai perwakilan TNI justru lebih luwes dan tidak
menghadapi resistensi dari penduduk lokal.

“Kuncinya adalah respek dengan hati terhadap penduduk setempat.
Kalau kita memandang rendah seseorang, maka kita justru akan
diselimuti perasaan terancam,” tukas Agus yang pernah dianugerahi
Best Team Leader JOCCIT pada 2008 di Australia.
Berbekal prinsip itu, Agus mudah masuk ke pasar-pasar tradisional,
patroli, hingga masuk kamp serdadu Sudan Selatan dari dua suku yangkerap bertikai.
Peran Strategis TNI di Kancah Internasional
Berkat dedikasi dan prestasinya selama bertugas di Sudan Selatan,
Agus dianugerahi medali penghargaan tertinggi dengan status Outstanding dari UNMISS.

Pengalaman Agus ini menunjukkan TNI telah berkontribusi lebih besar
dalam misi kemanusiaan internasional, meningkatkan reputasi
Indonesia sebagai negara yang peduli terhadap kemanusiaan global.
Indonesia adalah salah satu negara penyumbang pasukan penjaga
perdamaian terbesar di PBB. Partisipasi aktif dalam misi perdamaian
internasional menunjukkan komitmen Indonesia terhadap stabilitas
global.
Selain terjun di Sudan Selatan, Agus telah berkesempatan mengikuti
berbagai pelatihan di sejumlah negara, seperti Singapura, Australia,
Korea Selatan, Canada, dan Thailand.

Sementara di dalam negeri, Agus pernah ditugaskan dalam operasi di
Ambon (1999), Papua (2000), dan Aceh (2002-2004). Saat bertugas di
tanah rencong ini, Agus dan seluruh timnya selamat dari kecelakaan
pesawat Hercules yang jatuh dan terbakar di Lhokseumawe.
Pengalaman Agus di Sudan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam diplomasi dan keamanan internasional.

Mentalitas tentara kita dalam disiplin mungkin kalah dengan Jepang.
Dalam teknologi kita di bawah negara maju. Tapi dalam semangat
juang kita dengan doktrin teritorialnya itu unggul,” pungkas Agus.

“Doktrin TNI ini sekarang bahkan banyak ditiru negara lain,” lanjutnya.
Di bulan peringatan kemerdekaan RI yang penuh makna ini, Agus
mengingatkan bahwa semangat kemerdekaan bukan hanya soal meraihkebebasan, tetapi juga tentang bagaimana kita berkontribusi bagi dunia, menjunjung tinggi nilai-nilai yang diwariskan para pahlawan.